https://hidetanakake.com/ JAKARTA — Rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (12/3/2025), dengan mencatatkan nilai tukar Rp16.442 per dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka turun 0,21% atau 34 poin dibandingkan dengan penutupan sebelumnya, mencapai posisi Rp16.442 per dolar AS. Pada saat bersamaan, indeks dolar AS menunjukkan penguatan sebesar 0,17%, berada di level 103,450.
Mata uang-mata uang Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,10%, dolar Singapura naik 0,09%, yuan China menguat 0,06%, baht Thailand naik 0,03%, won Korea menguat 0,15%, dan rupee India naik 0,13%. Sementara itu, beberapa mata uang lainnya melemah, di antaranya dolar Taiwan yang turun 0,16%, peso Filipina melemah 0,20%, ringgit Malaysia turun 0,31%, dan dolar Hong Kong yang melemah 0,01%.
Prediksi Pergerakan Rupiah
Pengamat Forex, Ibrahim Assuaibi, memprediksi bahwa rupiah pada hari ini akan bergerak fluktuatif namun diperkirakan ditutup melemah di kisaran Rp16.390 hingga Rp16.460. Ibrahim mencatat bahwa pada perdagangan sebelumnya, Selasa (11/3/2025), rupiah ditutup melemah 41 poin ke posisi Rp16.408, setelah sebelumnya melemah 75 poin ke level Rp16.367.
Ibrahim menjelaskan bahwa kebijakan proteksionis Presiden AS, Donald Trump, telah memberikan dampak signifikan terhadap pasar global, terutama dengan kebijakan tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan China. Trump telah memberlakukan tarif tinggi dan kemudian menundanya terhadap pemasok minyak terbesar AS, termasuk Kanada dan Meksiko, serta meningkatkan bea impor barang-barang asal China. Reaksi terhadap kebijakan ini datang dari China dan Kanada dengan menerapkan tarif mereka sendiri.
Menurut Ibrahim, dalam beberapa pekan terakhir, pasar saham AS memperlihatkan kekhawatiran terhadap kebijakan tarif yang dilakukan Trump, dengan beberapa jajak pendapat Reuters menunjukkan peningkatan risiko ekonomi di Meksiko, Kanada, dan AS. Meskipun demikian, Trump menegaskan bahwa periode transisi ekonomi kemungkinan besar akan terjadi, meski dia enggan memberikan komentar lebih lanjut terkait kemungkinan resesi di AS pada 2025.
Kekhawatiran tentang inflasi di AS yang semakin meningkat juga memperburuk situasi, dan semakin memperbesar kemungkinan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menunda penyesuaian kebijakan moneternya dalam waktu dekat.