https://hidetanakake.com/ JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah pada posisi Rp16.406 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (17/3/2025). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengalami penurunan sebesar 0,34% atau 56 poin, dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.
Indeks Dolar Menguat, Mata Uang Asia Variatif
Pada saat yang sama, indeks dolar menguat tipis 0,03% menjadi 103,392. Sejumlah mata uang Asia lainnya menunjukkan pergerakan yang variatif terhadap dolar AS. Berikut adalah pergerakan mata uang Asia yang tercatat:
- Won Korea menguat 0,26%
- Rupee India menguat 0,20%
- Baht Thailand menguat 0,01%
- Dolar Singapura menguat 0,01%
- Dolar Hong Kong menguat 0,02%
Sementara itu, beberapa mata uang lainnya justru melemah:
- Dolar Taiwan melemah 0,11%
- Yuan China melemah 0,04%
- Yen Jepang melemah 0,10%
- Peso Filipina melemah 0,08%
- Ringgit Malaysia melemah 0,07%
Analisis Pergerakan Rupiah oleh Pengamat Forex
Ibrahim Assuaibi, pengamat forex, menjelaskan bahwa pada perdagangan sore Senin (17/3/2025), rupiah ditutup melemah 56 poin ke level Rp16.406, setelah sebelumnya sempat melemah 60 poin menjadi Rp16.428 per dolar AS.
Prediksi Pergerakan Rupiah Besok
Untuk perdagangan besok, Selasa (18/3/2025), Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif, namun masih berpotensi untuk ditutup melemah pada rentang Rp16.390 – Rp16.450 per dolar AS.
Dampak Geopolitik terhadap Perdagangan
Ibrahim menjelaskan bahwa pergolakan geopolitik di Timur Tengah telah meningkat setelah AS melancarkan serangan udara terhadap pemberontak Houthi di Yaman sebagai respons terhadap serangan terhadap jalur pelayaran di Laut Merah. Selain itu, ia juga menyoroti adanya kemajuan dalam perundingan gencatan senjata Rusia-Ukraina, di mana Presiden AS Donald Trump menyatakan akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (18/3/2025).
Perang Dagang dan Kebijakan Tarif
Selain itu, Trump juga mengulangi ancamannya mengenai tarif timbal balik dan sektoral yang akan diberlakukan pada 2 April mendatang, yang diperkirakan akan meningkatkan perang dagang global. Namun, Ibrahim mengungkapkan bahwa pasar masih ragu tentang komitmen Trump dalam menerapkan tarif tersebut, mengingat perubahan kebijakan yang terjadi terhadap Kanada dan Meksiko pada awal bulan ini.
China dan Uni Eropa diperkirakan akan memberi balasan terhadap kebijakan tarif Trump, dengan tindakan yang lebih ketat. Hal ini menambah kekhawatiran akan gangguan perdagangan dan potensi lonjakan inflasi yang dapat memicu resesi di AS.
Fokus Pasar pada Pertemuan Bank Sentral
Ibrahim juga menekankan bahwa perhatian pasar pekan ini tertuju pada serangkaian pertemuan bank sentral, terutama dari Federal Reserve (Fed), Bank of Japan (BoJ), dan Bank of England (BoE), yang diperkirakan akan memberikan dampak signifikan terhadap pasar mata uang.