https://hidetanakake.com/ JAKARTA — Mata uang rupiah mengalami pelemahan bersama dengan yen Jepang dan won Korea Selatan pada perdagangan hari ini, Selasa (18/3/2025), meskipun indeks dolar AS menunjukkan penurunan. Berdasarkan data dari Bloomberg, indeks dolar AS tercatat turun sebesar 0,09% menjadi 103,32 pada pukul 16.00 WIB. Sementara itu, rupiah mengakhiri perdagangan dengan melemah 0,13% atau 22 poin, berada di level Rp16.428 per dolar AS.
Pelemahan Mata Uang Asia Lainnya
Seperti rupiah, mata uang Asia lainnya juga mengalami penurunan nilai. Yen Jepang melemah 0,46%, dolar Singapura turun 0,01%, won Korea Selatan terkoreksi 0,33%, ringgit Malaysia melemah 0,09%, dan baht Thailand turun 0,02%.
Namun, ada beberapa mata uang Asia yang menguat pada hari ini. Dolar Taiwan menguat 0,13%, rupee India naik 0,23%, sementara yuan China sedikit melemah 0,01% terhadap dolar AS.
Kinerja Mata Uang Asia Terhadap Dolar AS
Mata Uang | Kinerja 1 Hari | Kinerja YTD |
---|---|---|
Baht Thailand | +0,024% | +2,272% |
Dolar Taiwan | +0,133% | -0,552% |
Won Korea Selatan | -0,332% | +2,060% |
Dolar Singapura | -0,15% | +2,653% |
Peso Filipina | 0,00% | +1,187% |
Ringgit Malaysia | -0,085% | +0,558% |
Yen Jepang | -0,361% | +4,975% |
Rupiah Indonesia | -0,134% | -1,802% |
Rupee India | +0,276% | -1,096% |
Dolar Hong Kong | +0,004% | -0,009% |
Renmimbi China | +0,026% | +1,038% |
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Rupiah
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor eksternal dan domestik yang memengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Dari luar negeri, ketegangan geopolitik semakin meningkat setelah Israel melancarkan serangan terhadap Hamas di Gaza, setelah pembicaraan mengenai gencatan senjata gagal. Serangan ini menambah ketegangan yang sudah ada di kawasan Timur Tengah.
Selain itu, ketidakpastian mengenai kebijakan tarif yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump turut memengaruhi pasar. Langkah tarif perdagangan AS yang difokuskan pada Eropa, China, Kanada, dan Meksiko telah memicu serangkaian tindakan balasan dari negara-negara tersebut.
Selanjutnya, ada pengaruh dari FOMC Meeting The Fed, yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap tidak berubah, meskipun bank sentral diperkirakan akan meredam pandangan agresifnya terhadap ketidakpastian ekonomi yang meningkat.
Tantangan Ekonomi Domestik
Dari dalam negeri, laporan APBN KiTa Februari 2025 menunjukkan adanya potensi pelemahan fiskal yang perlu segera ditanggapi. Defisit fiskal telah mencapai Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap PDB dalam dua bulan pertama tahun ini. Jika tidak ada tindakan korektif yang tegas, defisit fiskal bisa membesar dan melebihi batas aman di akhir tahun.
Perekonomian Indonesia juga terancam oleh melemahnya daya beli masyarakat, yang dipicu oleh inflasi pangan dan energi yang masih bertahan di atas 4%. Hal ini berpotensi menekan konsumsi rumah tangga yang merupakan kontributor terbesar terhadap PDB. Jika daya beli terus melemah, sektor-sektor seperti ritel, UMKM, dan industri manufaktur akan terdampak cukup besar, yang bisa berujung pada perlambatan ekonomi yang lebih dalam.