https://hidetanakake.com/ JAKARTA — Mata uang rupiah menguat pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (26/3/2025), ke posisi Rp16.587 per dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data dari Bloomberg, rupiah tercatat menguat sebesar 0,14% atau 24 poin dibandingkan dengan posisi sebelumnya, yakni Rp16.611 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS juga mengalami penguatan sebesar 0,14% menjadi 104.331.
Pada hari yang sama, pergerakan mata uang Asia lainnya tercatat bervariasi hingga penutupan perdagangan. Selain rupiah, ringgit Malaysia juga tercatat menguat sebesar 0,21%. Sementara itu, yen Jepang dan dolar Singapura mengalami pelemahan masing-masing sebesar 0,31% dan 0,05%. Mata uang lain seperti dolar Taiwan dan won Korea Selatan juga mengalami penurunan, masing-masing sebesar 0,03% dan 0,02%.
Pelemahan Mata Uang Lainnya
Pelemahan mata uang global juga terlihat pada peso Filipina dan yuan China. Peso Filipina tercatat terkoreksi sebesar 0,20%, sementara yuan China menyusut 0,08%. Sebelumnya, pada perdagangan Selasa (25/3/2025), rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.611 per dolar AS, dengan depresiasi sebesar 0,27% atau 44 poin.
Indeks dolar pada hari tersebut juga terpantau menguat 0,18%, mencapai posisi 104,122. Secara year-to-date (YtD) menjelang penutupan perdagangan pada kemarin, rata-rata kurs rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp16.344. Sementara itu, level terkuat rupiah tercatat pada 7 Januari 2025, yakni di angka Rp16.143 per dolar AS.
Penyebab Melemahnya Rupiah
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah sebelumnya dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar terkait dengan perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump. “Perang dagang ini dapat mempengaruhi penurunan perdagangan global yang berujung pada penurunan perekonomian global,” ujarnya.
Selain itu, konflik yang terus berlanjut di Timur Tengah dan ketegangan antara Ukraina dan Rusia yang belum terselesaikan membuat permintaan terhadap aset safe haven semakin meningkat. Dari sisi domestik, pasar juga pesimis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang semakin menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Ariston juga menyatakan bahwa pelemahan rupiah yang tajam dapat menurunkan kepercayaan pelaku pasar terhadap stabilitas mata uang Indonesia, serta kemampuan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.