https://hidetanakake.com/ JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan pelemahan pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (8/4/2025), setelah berakhirnya libur panjang Lebaran. Rupiah dibuka pada level Rp16.865 per dolar AS.
Berdasarkan data dari Bloomberg, pada pukul 09.10 WIB, rupiah dibuka melemah sebesar 0,26% atau 43,5 poin ke posisi Rp16.865 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS tercatat mengalami penurunan sebesar 0,21% ke level 103,04.
Senada dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia juga mengalami tekanan pelemahan. Tercatat, Yuan China melemah 0,17%, Rupee India melemah 0,71%, Dolar Hong Kong melemah 0,04%, dan Ringgit Malaysia melemah 0,16%. Di sisi lain, Yen Jepang menguat 0,28%, Dolar Singapura menguat 0,2%, Dolar Taiwan menguat 0,26%, dan Won Korea Selatan menguat tipis 0,07%.
Pergerakan Rupiah Sebelum Pembukaan Pasar Domestik
Sebelumnya, pergerakan rupiah di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) sempat menyentuh level Rp17.006 per dolar AS pada Jumat (4/4/2025) pukul 20.53 WIB. Pada penutupan perdagangan terakhir sebelum libur, rupiah tercatat turun 169 poin atau 1,01% ke level Rp16.821,5 per dolar AS pada Senin (7/4/2025). Rupiah berhasil memperkecil penurunannya dari level Rp16.940 per dolar AS pada hari yang sama.
Volatilitas rupiah di pasar NDF menjadi indikator pergerakan nilai tukar karena pasar domestik (on shore) tutup selama periode libur Lebaran 2025, yakni sejak 28 Maret 2025 hingga 7 April 2025. Pasar uang dalam negeri baru kembali beroperasi pada hari ini, Selasa (8/4/2025).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelemahan Rupiah
Pengamat mata uang dari Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa pelemahan rupiah dipicu oleh sejumlah data fundamental yang memberikan tekanan. Salah satunya adalah rilis data tenaga kerja AS yang melampaui ekspektasi pasar. Selain itu, pernyataan dari The Fed pada Jumat (4/4/2025) yang mengindikasikan bahwa terlalu dini untuk menurunkan suku bunga di tengah kondisi ekonomi yang masih problematik serta inflasi, turut membebani rupiah. Penurunan suku bunga acuan juga akan mempertimbangkan dampak dari perang dagang. Prospek penurunan suku bunga acuan The Fed sebanyak tiga kali dengan total 75 basis poin pada tahun ini pun semakin menipis, yang kemudian mendorong penguatan signifikan pada indeks dolar AS.
Pelemahan rupiah juga diperparah oleh kebijakan tarif impor AS yang telah diresmikan oleh Presiden Donald Trump. “Kondisi perang dagang saat ini yang terkena dampak bukan saja China, Eropa, Kanada, dan Meksiko, tapi hampir semua negara,” ungkap Ibrahim beberapa waktu lalu. Seperti diketahui, tarif impor AS secara resmi diumumkan oleh Trump pada Rabu (2/4/2025) waktu setempat. Kebijakan ini mengenakan tarif impor sebesar 10% untuk seluruh negara, dengan beberapa negara juga dikenakan tarif resiprokal yang lebih tinggi berdasarkan hambatan perdagangan dengan AS.
Lebih lanjut, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa yang kembali meningkat.